Minggu, 27 November 2011

PERSAMAAN HAK DAN DERAJAT MASYARAKAT INDONESIA

Menurut pandangan saya terhadap persamaan hak dan derajat masyarakat Indonesia tidak merata. Mengapa demikian? Karena di zaman saat ini, kebanyakan masyarakat Indonesia masih memiliki pola pikir yang kurang menguntungkan untuk diri sendiri atau kalau saya boleh katakan memiliki pola pikir masyarakat di era industrialisasi. 

Ingat kawan, kita sekarang hidup di era yang baru; era informasi. Banyak hal dan kenyataan hidup orang-orang di era industrialisasi yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi dan kenyatan yang ada sekarang. 

Pada era industrialisasi, kita didik untuk menjadi seorang pekerja industri, dengan segala konsekuensi yang ada. Konsekuensi seperti apa? Konsekuensi yang paling nyata dan dialami oleh kebanyakan orang pada era industrialisasi adalah bertambahnya masalah sosial masyarakat. 

Uang dan materi menjadi tolak ukur kesuksesan seseorang, sehingga hal tersebut membuat orang berlomba-lomba untuk mengejar materi demi memenuhi salah satu kebutuhan dasar manusia dan kebutuhan aktualisasi diri. Kemudian, cara kerja dan gaya hidup orang-orang di era industrialisasi ternyata tidak berhasil memberikan kepastian dan keamanan hidup kepada kebanyakan orang di dunia ini. Hanya segelintir orang saja, yang benar-benar dapat menikmati hidup yang lebih membahagiakan dan bernilai tinggi. 

Tentunya dengan permasalahan yang terjadi seperti diatas menyebabkan persamaan hak dan derajat masyarakat di Indonesia tidak merata bahkan bisa dikatakan memprihatinkan. Mengapa tidak? Sebagai negara besar yang terdiri dari berbagai kelompok sosial yang berbeda suku, agama, ras dan tingkat ekonomi, serta persamaan hak dalam upaya mencapai harmoni dan kesejahteraan bersama masih belum dapat diwujudkan. Pemerintah telah mengambil berbagai langkah alternatif melalui upaya penetapan Peraturan dan Undang-Undang. 

Apakah hak itu?? Hak merupakan sesuatu yang mutlak yang dimiliki setiap manusia dan tidak dapat dipungkiri ketika lahir manusia secara hakiki telah mempunyai hak. 

Manusia berhak mendapatkan hak atas pendidikan, hak atas pelayanan, hak atas kesehatan, dan yang paling penting hak atas kehidupannya. Tetapi sebagian masyarakat Indonesia tidak dapat menikmati itu semua. 

Sedangkan, persamaan derajat di Indonesia sangat memprihatinkan realitanya masyarakat kelas menengah keatas lebih mudah mendapatkan hak mereka, sementara masyarakat kelas bawah sangat kurang di perhatikan, dan sering jadi korban produk hukum yang masih sering berpihak pada mereka yang kaya. Yang kuat akan menindas yang lemah, yang kaya akan merendahkan yang miskin. Dan bahkan untuk kepentingan pribadi rela menjatuhkan sesama manusia demi keinginanya tercapai. 

Saya harap Indonesia, negara kita tercinta ini dapat menyamaratakan hak dan derajat masyarakatnya. 



Sabtu, 19 November 2011

Saya pasti bisa!! Chayoo!! ^.^

Dalam era globalisasi saat ini banyak yang mempengaruhi dunia, saya sadar akan hal itu telah membuat banyak perubahan. Persaingan yang memuncak untuk menjadi best of the best tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Saya pernah menanyakan pada diri saya sendiri, jadi apakah saya kelak di kemudian hari ? Bisakah saya menjadi deretan orang-orang sukses.
Ya… kini saya telah memulai tahap awal untuk mencapai impian dan cita-cita saya. Planning saya setelah lulus dari SMK, saya akan melanjutkan pendidikan di pulau Jawa yaitu di salah satu  Universitas terkemuka di Indonesia yang berstatus negeri menjadi target saya untuk dapat menjenjang bangku perkuliahan disana. Namun ternyata kemampuan saya tidak cukup untuk bersaing dengan yang lain. Ujian demi ujian telah saya ikuti semua, namun ternyata hasilnya nihil. Rasa kesal dan putus asa terbenak dalam hati saya hingga air mata saya jatuh perlahan-lahan. Penyesalan yang sangat mendalam saya rasakan. Saya merasa ini tidak adil bagi saya !! tapi penyelasan itu hanya sesaat, saya harus bangkit lagi menggenggam impian dan cita-cita saya. Saya akan mencoba ujian saringan masuk  tahun depan. Jika saya lulus, saya akan memilih Fakultas Teknik Informasi. Jika tidak, saya akan fokus melanjutkan perkuliahan di Universitas Gunadarma sebagai Programer dan Analyst Software yang handal di dunia bisnis.
Setelah lulus di jenjang S1 saya akan melanjutkan pendidikan ke S2. Bagi saya ilmu adalah hal yang tidak akan pernah musnah, untuk itu saya akan menggapai ilmu setinggi-tingginya. Jika Allah berkehendak saya akan melanjutkan S2 di luar negeri yaitu tepatnya di Australia. Saya akan belajar dan terus belajar serta melatih kemampuan bahasa inggris saya . Selanjutnya saya akan bekerja mengumpulkan duit sebanyak-banyaknya untuk membiayai pendidikan adik saya.


Selain itu planning saya ke depan akan membangun sekolah-sekolah gratis untuk anak-anak yang tidak bisa bersekolah, serta mengembangkan sekolah-sekolah yang berada di desa dan pedalaman agar tidak ketinggalan jauh dari perkembangan.


Saya mempunyai keinginan dan harapan untuk mencerdaskan anak-anak bangsa , tidak ada kata gaptek lagi di zaman sekarang ini. Insyallah niat baik saya dapat saya wujudkan tanpa ada hambatan.

Amienn… ^.^

Jumat, 18 November 2011

DENIAS, SENANDUNG DI ATAS AWAN

Denias, Senandung di Atas Awan….  Ya!! Itulah salah satu film Indonesia yang bermutu terutama dari segi tema yang berisi kritik sosial terhadap dunia pendidikan. Masih banyak anak-anak Indonesia yang susah atau bahkan belum bisa sama sekali menikmati pendidikan. Film ini adalah salah satu potret dunia pendidikan kita. Di film ini juga kita bisa melihat keindahan pemandangan pulau Papua. Sangking kagumnya terhadap film ini saya akan bercerita dikit tentang film ini terhadap teman-teman semua dan juga untuk menambah nilai softskill saya, Harap disimak !! ^.^

Film ini adalah film yang diangkat dari kisah nyata. Film ini mengisahkan sebuah perjalanan hidup seorang anak kecil dalam mengapai impiannya. Ya… dia bernama “Denias” yang diperankan oleh Albert Fakdawer. Ia hidup di daerah pedalaman dengan lingkungan daerah masyarakat suku Borneo, tepatnya di Papua, Irian Jaya. Ia tergolong seorang anak dari keluarga miskin. Meskipun demikian, dia mempunyai motivasi besar untuk bersekolah. Di daerahnya tidak ada lembaga sekolah resmi yang dijadikan tempat belajar dan pembelajaran. Selama itu, ia dan anak-anak yang lain belajar di sebuah Honei, sebuah bangunan rumah yang saat itu dijadikan tempat belajar darurat dengan kondisi memprihatinkan.


Denias merupakan seorang anak pandai, cekatan, berbakti kepada orang tua, dan berobsesi tinggi. Di sekolah dan lingkungan bermain, ia memiliki teman yang selalu mencuranginya namanya adalah Noel yang notabenenya adalah seorang anak Kepala Suku yang bermartabat tinggi dan diyakini memiliki kekuatan supranatural di kampungnya.

Pada mulanya Denias dan teman-temannya belajar di Honei tersebut diajar oleh seorang guru yang berasal dari Jawa. Denias sangat rajin bersekolah dan terlihat cerdas diantara teman-temannya. Tapi kondisi tersebut tidak berjalan lama dikarenakan guru tersebut sakit keras dan akhirnya pulang ke Jawa. Honei pun menjadi sepi, sesepi hati Denias karena tidak bersekolah lagi.

Denias bingung harus kemana lagi dia bersekolah. Ia kemudian menemui Pak Leo atau Maleo seorang tentara RI yang di tugaskan di kampung Denias, di Kepulauan Irian Jaya. Denias mencurahkan isi hatinya yang kalut karena tidak bersekolah lagi. Mendengar keluhan tersebut, Pak Leo pun tersentuh dan memutuskan untuk mengajar Denias dan teman-temannya di Honei.

Denias memang berbakti kepada orang tua, hal itu dilakukannya sehari-hari. Kebaktiannya terlihat sangat mendalam ketika ia merawat ibunya yang sakit-sakitan dengan tulus dan ikhlas. Ketika ibunya tertidur pulas, Denias dipanggil oleh teman-temannya untuk berburu ke hutan. Dia kebingungan memilih antara menjaga ibunya yang sedang sakit atau ikut pergi berburu. Tapi karena paksaan dari teman-temannya dan rasa solidaritasnya muncul, ia memilih untuk ikut bersama teman-temannya berburu. 


Namun sungguh naas, ia lupa sebelum berangkat berburu ia menggantung bajunya di atas perapian di dekat ibunya. Baju tersebut akhirnya jatuh di perapian. Api yang tadinya kecil kini menjadi besar oleh baju itu. Ibunya tidak menyadari hal tersebut karena sedang tertidur. Kobaran api tersebut semakin besar dan membakar rumah serta ibunya. Denias pun melihat dari kejauhan kebakaran tersebut dan segera berlari menuju kesana, Sesampainya, ia terkejut melihat kondisi fisik ibunya. Ibunya meninggal. Tubuhnya hangus terbakar api. Derai air matanya tidak dapat tertahankan. ia mengalami sok berat dan rasa bersalah yang mendalam. Ia hanya bisa murung berhari-hari tanpa ada semangat hidup. Pak Leo menasehatinya dan member semangat hidup baru kepada Denias. Akhirnya ia pun dapat menikmati hari-harinya dengan ceria kembali dan bersekolah seperti biasanya. Tapi semangatnya tersebut tidak didukung oleh Ayahnya. Ia dilarang bersekolah dan harus membantu Ayahnya bekerja. Meskipun demikian, semangat Denias tak pernah padam, ia sembunyi-sembunyi bersekolah dari Ayahnya.


Tak lama kemudian Honei itu roboh akibat gempa bumi. Denias dan teman-temannya tidak punya tempat buat belajar lagi. Akhirnya Pak Leo berinisiatif untuk mendirikan tempat sederhana yang dapat dijadikan tempat belajar dan pembelajaran. Namun ternyata tempat itu mendapat hujatan dari kepala suku dan warga. Pak Leo pun dipindah tugaskan dari kampung Denias. Kini Denias dirundung duka sebab tidak belajar dan bersekolah lagi.

Dalam kondisi semacam itu, Denias terobsesi dengan perkataan Pak Leo bahwa di balik gunung ada tempat sekolah, tepatnya di kota. Denias lalu berniat untuk pergi dan meninggalkan Ayahnya. Ia pergi sembunyi-sembunyi. Melewati gunung dan lembah untuk sampai ke kota.


Sesampai di kota Denias bertemu dengan anak gelandangan bernama Enos. Ia kemudian pergi ke salah satu sekolah yang dijumpainya. Disana ia bertemu dengan Bu Sam, seorang wanita cantik berbudi luhur. Bu Sam menanyakan tujuan Denias ke sekolah itu. Denias pun bercerita panjang lebar kepada Bu Sam, hingga akhirnya Bu Sam memutuska untuk membantu Denias untuk bisa bersekolah di tempat tersebut. Denias mendapat syarat dari Bu Sam, bahwa jika ingin diterima bersekolah di tempat tersebut, ia tidak boleh nakal dan membuat ulah. Meski ia mendapat perlakuan kurang baik dari teman-temannya, ia harus dapat menahan emosinya dan harus mengalah.

Saat inilah perjuangan keras Denias diuji. Di sekolah dan di asrama itu, ia masih tetap sama seperti di kampungnya, mendapat perlakuan yang tidak baik dan culas oleh Noel. Kini ia harus sabar dan tidak menanggapi segala perlakuan Noel. Ia bahkan sempat dihajar habis-habisan oleh Noel dan teman-temannya tanpa ada alasan yang jelas. Demi bisa diterima sekolah di tempat itu, ia rela dipukuli dan tidak membalasnya. Bukannya dia tidak berani dengan Noel, tapi demi impian dan cita-citanya, ia harus bersabar. Di sekolah itu Denias masih belum diterima sebagai murid. Ia difungsikan sebagai pelayan kantin. Melayani seluruh murid-murid yang sedang makan dan jajan disana. Suatu ketika, saat jam istirahat Denias sedang menjalankan tugasnya tetapi tiba-tiba Noel menjatuhkan Denias dan mengajaknya berkelahi, tapi kali ini Denias membela diri. Piring yang masih ada di genggaman tangannya, ia jadikan alat untuk menangkis pukulan Noel. Tangan Noel pun patah dan berdarah karena menghantam piring. Denias merasa bersalah, ia beranggapan telah melanggar nasehat Bu Sam dan ia pasti tidak akan diterima bersekolah di tempat itu. Ia kemudian berlari keluar entah kemana perginya. Bu Sam mecarinya kesana-kemari, namun tak kunjung menemuinya. Denias putus asa, ia merasa impian dan cita-citanya untuk bersekolah kini telah pupus dan berencana untuk kembali ke kampung halamannya.

Denias tidak lupa dengan orang yang menolongnya. Dalam kepedihan hati dan keputusasaannya, ia masih menyempatkan diri untuk berpamitan kepada Bu Sam untuk pulang ke kampung halamannya. Tetapi saat itulah, Denias mendapat kabar gembira dari Bu Sam bahwa ia diterima bersekolah di tempat itu. Hati Denias berbunga-bunga. Impian dan cita-citanya kini tercapai juga. Ia pun mengurungkan niatnya untuk pulang ke kampung halamannya. Ia akhirnya bersekolah dan mengukir masa depannya. ^.^

 

YESSY OKTAVYANTHI Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Ipietoon | Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template